Menag Ingatkan Krisis Nasionalisme dan Tantangan Globalisasi di ISLAGE Kedua

By Admin

nusakini.com--Kementerian Agama menggelar Simposium Internasional Lektur dan Khazanah Keagamaan ke-2 atau 2nd International Symposium on Religious Literature and Heritage (ISLAGE 2nd). Simposium ini diselenggarakan di Bogor dari 18 – 21 Juli 2017. 

Gelaran dua tahunan ini mengangkat tema “Memberdayakan Budaya Keagamaan untuk Nasionalisme”. Tampil sebagai key note speaker, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa tema nasionalisme merupakan isu penting dan strategis bagi masyarakat Indonesia dan dunia.  

Menurutnya, saat ini telah terjadi fenomena menurunnya kadar nasionalisme, krisis nasionalisme dan de-nasonalisasi di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. “Pertumbuhan globalisme, universalisme yang tersebar dan meretas sekat-sekat geografik, ekonomik, budaya, agama dan nilai-nilai humanitarian merupakan faktor dominan fenomena ini,” ungkap Menag di Bogor, Selasa (18/7). 

Berkaca dari fenomena tersebut, Menag berharap simposium internasional ini mampu mencermati secara objektif dari berbagai perspektif mengenai realitas nasionalisme Indonesia dewasa ini. Selain itu, Menag juga berharap simposium dapat menelisik tantangan dominan yang mengancam nasionalisme Indonesia serta bagaimana strategi efektif penguatan nasionalisme Indonesia dalam bingkai NKRI yang resisten terhadap ancaman global. 

“Bukan berarti dengan globalisasi lalu nasionalisme menjadi hilang, tapi kita harus memiliki kemampuan untuk memberikan makna yang lebih kontekstual di era yang begitu cepat perubahannya ini,” ujarnya. 

Menag menekankan pentingnya rasa nasionalisme terlebih di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang berlatar belakang majemuk di hampir semua aspek kehidupan. “Karena nasionalisme merupakan rasa yang mampu mengikat kebersamaan masyarakat Indonesia sebagai suatu bangsa,” katanya. 

Menag juga menyoroti fenomena meningkatnya peristiwa kekerasan, pertumbuhan radikalisme dan penyimpangan sosial. Menurutnya, hal itu juga berpotensi menjadi ancaman yang membahayakan nasionalisme di Indonesia. 

Menag berharap simposium internasional ini dapat menghasilkan rumusan grand ideas yang konkret dan dapat diwujudkan untuk penguatan nasionalisme Indonesia dalam bingkai NKRI khususnya dan berkontribusi bagi penciptaan tatanan masyarakat dunia yang aman dan damai, kini dan mendatang. 

Sedikitnya ada 10 makalah utama dan 40 makalah pilihan yang akan dibahas bersama selama simposium. Kepala Puslitbang Lektur Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi Choirul Fuad Yusuf mengatakan bahwa makalah-makalah tersebut dibagi menjadi 4 sub tema, yakni : Indonesian Nationalism: Reality and Challenge, Framing Modern Religious Texts to Strengthen Nationalism, Revitalizing Religious Manuscripts for Empowering National Characters, Fortifying Transnational Ideologies through Strengthening Religious Local Wisdom. 

Simposium yang diikuti oleh 150 peserta ini menghadirkan narasumber dari dalam dan luar negeri, di antaranya adalah Prof. Dr. Azyumardi Azra (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia), Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia), Prof. Dr. Gautam Kumar Kshatriya (University of Delhi-India), Dr. Ahmad Najib Burhani, Ph.D (National University of Singapore), Prof. Dr. Mark R. Woodward (Arizona State University-USA), Prof. Dr. Nico Kaptein (Leiden University-Netherlands), Prof. Dr. Oman Fathurahman, M. Hum (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia), Dr. Suryadi (International Islamic University of Malaysia), Prof. Dr. Machasin (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia). (p/ab)